Oleh : Priscilla Lasty Fera
Cahaya matahari mulai berkurang. Awan semakin gelap serta guruh yang dahsyat mulai memperdengarkan suaranya. Seketika itu juga turunlah hujan yang deras yang membasahi halaman Universitas Yokohama pada sore itu. Sisuka tak tahu bahwa hari itu akan hujan sehingga ia tak membawa payung. Ia harus menerjang hujan deras tersebut untuk sampai ke tempat mobilnya diparkirkan. Ia berlari dengan kencang sambil menutupi kepalanya dengan tas yang ia bawa. Namun di tengah perjalanannya, tanpa ia sadari kunci mobilnya terjatuh dari sakunya. Dan sesampainya di mobil, ia merogoh sakunya dan menyadari bahwa kuncinya tidak ada. Lalu ia mencari-carinya sambil menengok ke bawah dan menelusuri jalan-jalan yang telah dilaluinya. "Cari apa mbak?" tanya seseorang yang tidak sengaja memergokinya. Rupanya orang tersebut juga merupakan salah satu mahasiswa di Universitasnya. "Em...ini, cari kunci mobilku yang hilang. Mungkin jatuh di sekitar sini", jawab Sisuka. "Gak papa mbak, biar saya bantu", jawab orang itu. Akhirnya mereka mencarinya bersama-sama dan beberapa saat kemudian mereka menemukan kunci mobil tersebut. "Syukurlah...makasih banget ya kak", kata Sisuka. "kak? jangan panggil aku kak...aku masih semester satu kok..panggil aja aku Suneo", kata Suneo. "Oh...kita sama donk...aku juga masih semester satu....namaku Sisuka. Salam kenal ya Suneo!", kata Sisuka. "Salam kenal juga!", sahut Suneo. kemudian mereka masing-masing berpisah dan pulang ke rumahnya masing-masing.
Hari berikutnya, mereka berjumpa lagi di kampus pada siang hari. Kali ini mereka berbincang-bincang lebih lama. Sejak saat itulah mereka mulai jadian dan menjalin hubungan bersama. Namun hubungan mereka tersebut masih belum diketahui oleh keluarga mereka masing-masing. Mereka masih merahasiakannya dan mereka hanya berkencan ketika mereka sama-sama berada di kampus. Selama itu hubungan mereka berlangsung cukup romantis sampai suatu ketika muncul seseorang lain yang mengganggu hubungan mereka. Orang tersebut bernama Nobita. Nobita adalah senior Sisuka yang sama-sama satu jurusan. Suatu waktu, para senior yang ada di jurusan Sisuka diminta untuk mengajari mahasiswa seangkatan Sisuka yang berada di bawahnya. Ketika itulah Nobita mulai mengamat-amati Sisuka dan lama-kelamaan ia mulai menyukai Sisuka. Ia semakin sering mendekati Sisuka setiap kali angkatannya ditugasi untuk mengajari mahasiswa seangkatan Sisuka. Nobita lebih memperhatikan Sisuka daripada teman-teman Sisuka yang lain. Ia sengaja membuat gurauan-gurauan agar Sisuka dapat senang disampingnya dan semakin akrab dengannya. Namun selama itu, Sisuka hanya menganggapnya biasa-biasa saja dan ia masih tetap mencintai Suneo seperti sediakala.
Pada suatu waktu setelah sekian bulan lamanya, akhirnya Sisuka dan Suneo bersepakat untuk memberitahukan hubungan mereka kepada orangtua mereka masing-masing. "Yang, besok kita datang ke rumahmu biar ortumu tahu hubungan kita ya?", tanya Suneo. "Oke deh yang...sekalian kita minta persetujuan ortuku supaya kita bisa terus langgeng ya yang...", jawab Sisuka. "Sip deh yang...I love you so much!", tanggap Suneo, "I love you too yang", balas Sisuka.
Keesokan harinya setelah selesai kuliah, mereka pergi ke rumah Sisuka dengan mobil Sisuka. Sesampainya di rumah Sisuka, mereka langsung bertemu dengan orangtua Sisuka. "Sisuka, siapa laki-laki ini?", tanya papa Sisuka kaget melihat Sisuka menggandeng seorang pria di sampingnya. Lalu Sisuka menjelaskannya panjang lebar kepada kedua orangtuanya sambil duduk di ruang tamu. Dan lama-kelamaan Suneo menjadi semakin akrab dengan orangtua Sisuka dan orangtua Sisuka pun semakin menyukai dan senang dengan Suneo. Mereka melihat karakter Suneo yang baik, ramah, religius, dan sopan santun sehingga membuat mereka menyetujui hubungan Sisuka dan Suneo. Sisuka dan Suneo sangat senang sekali dengan hal itu. Dan pada keesokan harinya setelah selesai kuliah pula, mereka gantian berkunjung ke rumah Suneo untuk bertemu dengan orangtua Suneo. Mereka pergi dengan mobil Sisuka pula. Ditengah jalan, Sisuka heran mengapa jalan ke rumah Suneo harus melewati jalan-jalan yang sempit dan cukup pelosok. Lalu ia berkata dalam hatinya, "Dimana sih sebenernya rumah Suneo? kok jalannya sempit-sempit dan pelosok-pelosok gini ya? jangan-jangan.....". Tiba-tiba Suneo langsung menunjuk ke rumahnya, "Itu rumahku! Di sana! parkir disini aja, soalnya disana nggak cukup", kata Suneo. Setelah Sisuka melihatnya, ia sangat terkejut dan sangat tidak percaya seperti tak mau menerima kenyataan. Matanya tiba-tiba membesar dan Mulutnya sedikit menganga karena melihat rumah Suneo yang masih terbuat dari kayu dan sangat sederhana. Lantainya masih berupa tanah dan hanya terdapat sedikit penerangan di dalamnya. Suneo mengajak Sisuka untuk masuk dan dengan langkah ragu-ragu Sisuka pun ikut masuk. Setelah masuk, Sisuka dan Suneo langsung bertemu dengan orangtua Suneo. Lalu sambil duduk, Suneo memperkenalkan Sisuka secara panjang lebar kepada orangtuanya. Namun Sisuka terus diam dan hanya berkata jika ditanya saja. I masih tak percaya akan situasi keluarga pacarnya tersebut yang ternyata orang miskin. Dan dalam perbincangan tersebut orangtua Suneo pun juga menyetujui hubungan Suneo dan Sisuka.
Keesokan harinya di kampus, Nobita bertemu dengan Sisuka kembali ketika Nobita kembali diberi tugas seperti hari-hari sebelumnya. Dan hari itu juga keinginan Nobita telah bulat untuk mengajak Sisuka berpacaran dengannya. Kemudian Nobita menghampiri Sisuka dan berkata kepadanya, "Sisuka, sebenernya selama ini aku memendam perasaan suka sama kamu...dari awal aku bertemu kamu, aku sudah sangat tertarik denganmu. Aku ingin menjalin hubungan dengan kamu...kamu mau nggak?", lalu Sisuka berpikir-pikir dalam hatinya sejenak, sesudah itu ia menjawab, "hmm...kasi aku waktu 1 hari ya buat mutusinnya", "oke deh kalo gitu, aku tunggu jawabanmu", kata Nobita. Malam itu Sisuka langsung mempertimbangkannya. Sebelumnya sejak Sisuka mengetahui keadaan Suneo yang sangat miskin, Sisuka jadi sangat kecewa dan sedih. Dan cinta Sisuka kepada Suneo telah berkurang sejak itu. Lalu Sisuka menyetujui permintaan Nobita dan mereka berpacaran tanpa setahu Suneo.
Hari ulang tahun Sisuka pun tiba, dan Suneo lah yang pertama kali mengingatnya dan mengucapkan selamat ulang tahun kepada Sisuka. Hari itu, tak seperti biasanya, setelah selesai kuliah Sisuka langsung berjalan menuju mobilnya untuk pulang. Belum sampai membuka pintu mobilnya, Suneo langsung berteriak dan memanggil Sisuka. "Sisuka!! tunggu!!". Dengan ekspresi wajah yang agak malas, Sisuka langsung menoleh dan berkata, "Apa??", dengan wajah yang polos dan tulus Suneo menjawab sambil tersenyum, "Aku ingin memberikan sesuatu kepadamu sebagai kado ulang tahunmu. Ini!", Suneo langsung menyodorkan es krim berbentuk cone atau kerucut kepada Sisuka. "Haa!! Kau hanya memberiku es krim?! Kalau itu tidak usah kau membelinya untukku! Aku bisa membelinya sendiri! Dasar orang aneh!!", bentak Sisuka dengan wajah kesal dan kecewa. Kemudian ia langsung bergegas masuk ke mobilnya dan menutup pintu mobilnya dengan keras lalu pergi meninggalkan Suneo. Suneo langsung mengetok-ngetok jendela mobilnya kemudian berlari mengikuti mobil Sisuka dari belakang sambil terus berteriak, "Sisuka! Sisuka! Tunggu dulu!!", namun Sisuka tetap tak mau berhenti dan hanya melihat Suneo dari kaca spionnya. Sesampainya di pertigaan, sebuah truk melaju dengan kencang dari arah barat, "Diiiiiiiinnnn!!!!", suara klakson truk tersebut. Suneo terkejut dan segera menoleh "kreeeekkkk!!!", dan seketika itu juga tertabraklah ia oleh truk tersebut dan tewas di tempat. Sisuka yang melihat hal tersebut dari kaca spionnya langsung berhenti dan turun menghampiri Suneo. Lalu ia melihat es krim yang dibawa Suneo tadi berceceran di jalan dan ternyata di dalam wadah es krim tersebut terdapat sebuah cincin emas yang indah dan berkilau-kilauan yang terukurkan nama Suneo dan Sisuka serta sebuah surat yang bertuliskan "Sayangku Sisuka, selama ini aku sangat-sangat menunggu hari-hari seperti ini ketika kamu berulang tahun. Aku sangat mencintaimu dan aku ingin memberikan sesuatu yang berharga untukmu. Aku ini miskin dan tak punya apa-apa, namun aku berjuang dengan segenap kekuatanku untuk mengumpulkan uang yang cukup agar aku bisa membelikanmu hadiah ini. Hanya inilah hadiah yang dapat kuberikan kepadamu. Maafkanlah aku yang miskin dan tak punya apa-apa ini. Maafkanlah aku jika selama ini aku belum membuatmu bahagia...Terimalah hadiahku satu-satunya ini sayangku, Sisuka. Aku berharap kamu menyukainya. I love you so much." Dengan penuh penyesalan, bercucurlah air mata Sisuka dengan derasnya membasahi surat dari Suneo tersebut dan merengek-rengek, katanya "Jangan pergi....jangan pergi...Suneo maafkan aku...aku mohon jangan pergi...aku menyesal...aku mohon jangan pergi...". Seketika itu juga awan menjadi gelap, guruh yang dahsyat memperdengarkan suaranya dan turunlah hujan yang sangat deras seperti saat mereka pertama kali bertemu.